Sabtu, 25 Desember 2010

Tebing

Jemariku membeku di atas keyboard, tidak benar-benar tau harus mengetik apa. Pertengkaran lagi, hari ini. Masalah yang sama. Aku tau kenapa dia begitu emosi. Padahal hari ini udah kita tunggu-tunggu sejak tiga minggu yang lalu. Dan semua begitu sempurna di awal. Aku tau aku yang mengacau. Yang tidak aku sangka adalah reaksinya. Aku jarang menyaksikan secara live dia yang begitu emosi. Aku takut.

Apa semuanya akan lebih mudah jika kita tau benar siapa jodoh kita? Mungkin aku dan bimo bisa lebih yakin pada apa yang kita jalani. Mungkin niken bisa memutuskan sikapnya dengan lebih pasti. Mungkin ferdi tidak harus terus berkutat dengan pertanyaan yang sama. Dan mungkin fara juga bisa menitipkan hatinya pada seseorang yang lebih pasti.

Terkadang aku penasaran juga bagaimana rasanya punya hubungan yang normal, tanpa ada kekhawatiran keluarga yang kontra, atau pasangan yang mungkin tiba-tiba akan berpaling meninggalkanmu. Membayangkan hubungan yang normal, dimana dua orang normal yang jelas-jelas tanpa keraguan saling mencintai dan sudah direstui oleh kedua pihak keluarga yang juga sudah menjalin hubungan yang baik, kemudian mereka menikah tanpa hambatan dengan visi yang sama tanpa perlu memaksakan untuk sama, tentu saja sesekali mereka mungkin bertengkar tentang hal-hal kecil seperti bingung antara nonton harry potter atau narnia. Mungkin...pada akhirnya aku akan bertengkar karena kebosanan, tapi sekarang aku benar-benar ingin merasakan berada dalam posisi itu. Tanpa harus dibayang-bayangi perpisahan.

Perasaan menyukai seseorang benar-benar rumit. Bagaimana cara mengetahui perasaan kita terhadap seseorang, jika cinta hanya lah kata yang mempunyai berjuta interpretasi dan parameter yang berbeda? Harus kah kita bertahan atau menyerah untuk mengetahui jawabannya? Masing-masing punya resiko yang sama besar, kehilangan.

Rasanya seperti akan meloncat dari ujung tebing, entah mati atau kembali normal, toh pada akhirnya kita akan dapat melaluinya, hanya saja rasanya ketakutan menghadapi rasa sakit itu sangat lah besar, mungkin lebih besar dari rasa sakit itu sendiri. Berkali-kali kuhadapi tebing ini, tapi hatiku terlalu pengecut untuk melompat, mengambil resiko terbentur bebatuan terjal yang menanti untuk menyakiti di bawah untuk mendapatkan udara yang lebih segar.

Selama ini, aku terus berpikir asal perasaan kita kuat, halangan dan perbedaan hanya masalah waktu. Bukankah semua orang pada dasarnya memang berbeda? Tapi bagaimana jika perpisahan hanya masalah waktu dan kita terus menunda dan menunda dengan mengatakan bahwa perasaan kita cukup kuat untuk menghadapi ini semua?

Aku sayang bimo. Super sayang. Tapi aku bahkan tidak seberani itu untuk melabeli perasaan ini cinta. Aku tidak pernah benar-benar mengetahui parameternya. Mungkin bimo juga ngerasain hal yang sama. Dia nyaris tidak pernah bilang kata cinta itu. Walaupun mungkin juga ini semua hanya masalah kebiasaan dan sebenarnya aku tidak terlalu mempermasalahkan itu.

Aku selalu bilang ke ferdi kalo kisah cinta yang penuh perjuangan itu hasilnya juga akan lebih sweet daripada yang ketemu langsung cocok dan nikah. Tapi ternyata waktu aku mengalaminya sendiri juga susah dan penuh dengan dilema.

Aku buka lagi album foto kita dari waktu awal pacaran sampai terakhir waktu anniversary awal Desember kemarin. Dan kembali aku merasakan sakit. Perasaan ini masih begitu kuat. Aku terus berpikir dia lagi apa sekarang? Apa dia juga memikirkan aku sebanyak aku memikirkannya saat ini? Apa dia mempertimbangkan untuk berpisah? Aku nyaris tidak berani menerka apa yang ada di pikirannya saat ini, tentang aku dan dia, karena akan terasa menyakitkan menghadapi kenyataan dia mungkin juga sedang mempertimbangkan kelanjutan hubungan ini.




Aku mungkin tidak akan pernah berani meloncat dari tebing itu sendiri. Tidak, kecuali dia yang mendorongku jatuh. Dengan begitu aku tidak akan punya alasan untuk memanjat tebing yang sama untuk jatuh lagi, kesekian kalinya. Namun bila dia memutuskan untuk menahanku agar tidak terjatuh dan menghancurkan hati kita berdua, mungkin memang dia lah orangnya, udara yang memiliki komposisi tepat untuk jantung hatiku.

5 komentar:

  1. superbaaahhh!!!

    disensor po'o leee!!!!!!!!!!!!!!!!!!


    To give me all your love is all I ever asked,

    Cause what you don't understand is I’d catch a grenade for ya

    Throw my hand on a blade for ya

    I’d jump in front of a train for ya

    You know I'd do anything for ya

    I would go through all this pain,

    Take a bullet straight through my brain,

    Yes, I would die for ya baby,

    BUT YOU WON'T DO THE SAME.... (Bruno Mars, grenade)

    BalasHapus
  2. buahahaha
    iki no ga secara langsung duuuul wes an

    btw lirike kok ngejleb banget yo
    koe asline niat banget nggawe aku lompat kan -.-

    BalasHapus
  3. another make-me-cry blog post from your's. hehehehehe. gak isok lapo2 mek ndungani tok, ojok sampe ben januari tengkar.. :p

    semangat!!
    -rul

    BalasHapus
  4. btw, di video clipnya kan mas bruno bunuh diri nabrakin diri ke kereta api sambil main piano. jangan ditiru. sego bebek sik enak. :p
    -rul

    BalasHapus
  5. plis plis dul ojok lompat disik...

    akukan yo pengen njongkrokne awkmuuu!!!!!!!

    BalasHapus