Rabu, 20 Januari 2010

Hari ke-11

Udah seminggu lebih empat hari sejak 9 Januari 2010 (liat posting sebelumnya)

Waktu berjalan lambat. Aku pikir ini mungkin udah hampir tiga minggu sejak aku dan dia resmi putus, ternyata ini bahkan baru pertengahan minggu kedua. Aku mengecheck kalender di HPku sekali lagi, dan ya...ternyata aku ga salah liat atau salah itung tanggal. Ini baru 11 hari berlalu sejak kejadian itu, tapi rasanya lebih lama dari seumur hidup kebo.

Hari-hari aku lewatin dengan menguatkan diriku sendiri. Mengingatkan diriku untuk tetap bernafas dari detik ke detik. Memikirkan keuntungan-keuntungan aku putus dengannya dan berusaha menancapkannya ke otakku. Mengulang-ulang berharap otakku mau merekamnya. Berusaha menyadarkan diriku pada fakta bahwa dia di sana, di kotanya, saat ini bahkan sedang bersenang-senang dengan teman-temannya, atau mungkin juga terlalu sibuk dengan klub fotografinya, sehingga otaknya tidak cukup besar untuk menampungku, atau mengingat-ingat aku. Dan fakta bahwa sementara aku di sini mengais-ngais arti di balik status facebooknya "can't speak at all,,hope u know the best answer from your own..", dia bahkan mungkin udah lupa pernah masang status itu di facebooknya. Atau lebih parahnya lagi, ada bermilyar-milyar kemungkinan kalau "you" di situ sebenernya bukan ditujukan untuk aku dan gak ada hubungannya sama sekali denganku. Great!


Aku selalu berfikir.. Kalo aku masih sayang dia, dan dia masih sayang aku, lalu kenapa kita harus berpisah? Kenapa gak kita akhiri aja pertengkaran ini dan kembali berhubungan lagi, saling memiliki, saling menguatkan, saling beradaptasi, memperbaiki hubungan ini kembali? Kenapa harus dengan jalan berpisah? Bukan kah perpisahan itu menyakitkan? Setidaknya bagiku.. Perpisahan berarti gak ada kamu lagi. Kamu seutuhnya yang dulu aku miliki. (ok, lebay. Emang ga seutuhnya berhubung aku belum nikah dan gak ada manusia yang bisa dimiliki utuh 100% oleh manusia lain kecuali dalam film)


Tapi apa jawabmu?
Sesuatu tentang mungkin dengan gini kita bisa lebih bahagia...
Sesuatu tentang mungkin dengan gini kita bisa dapet yang lebih baik, yang lebih bisa ngertiin kita...
Sesuatu tentang mungkin dengan gini kita tidak akan terjatuh terlalu dalam dan sakit saat nantinya kita harus berpisah...

Terlambat...
Aku sudah jatuh...dan lumayan dalam sebatas pengukuranku...
Dan ya, ternyata dia memang lebih bahagia hidup seperti ini. Dia lebih nyaman dan bahkan tidak merasakan kesepian saat aku tidak lagi ada di inbox HPnya. Dia terbebas dari riak-riak pertengkaran kecilku dengannya yang selama ini memenuhi isi otaknya dan menghabiskan energinya dan merubah moodnya yang memang naik turun tak tentu.
Ya, dia bahagia hidup seperti ini...

Dan kuakui aku lah orang teregois seantariksa karena menginginkannya tidak bahagia dengan kondisi seperti ini. Aku menginginkannya merana memikirkan diriku dalam malam-malam sepi sama seperti yang selama 11 hari ini aku lakukan sebelum aku beranjak tidur. Aku harus berkonsentrasi untuk tidak memikirkannya sebelum aku tidur. Tapi bagaimana bisa aku tidur bila aku terus berkonsentrasi? Sungguh kewarasanku dipertaruhkan dalam hal ini.

11 hari aku nyaris tidak makan nasi. Bakso semangkuk sudah cukup membuatku kenyang dalam sehari. Gak heran berat badanku turun. Bagus juga sih sebenernya. Bukan berarti aku sengaja menyiksa diriku dan berusaha mendramatisir keadaanku sendiri. Aku hanya gak nafsu makan.

bimobimobimobimobimo
bimobimobimobimobimo bimobimobimobimobimo bimobimobimobimobimo bimobimobimobimobimo bimobimobimobimo bimobimobimobimobimobimo bimobimobimobimobimo bimobimobimobimobimo bimobimobimobimobimo bimobimobimobimobimo bimobimobimobimobimo bimobimobimobimobimo bimobimobimobimobimo bimobimobimobimobimo

Terkadang kusebut namanya hingga berulang-ulang kali, berharap maknanya akan memudar pada hitungan ke-sekian ratus kalinya, namun tidak, nama itu masih memiliki makna yang sama di hatiku. Bisa gila aku dibuatnya. Mungkin aku memang keliatan seperti tipe mantan yang psyco (terutama kalo dia baca postingan ini). Creepy. Tapi paling gak sekarang aku udah bisa ngontrol air mataku. Walaupun kadang-kadang rasanya bener-bener udah di pelupuk mata, tapi frekuensi nangisku udah berkurang drastis. Sebuah pencapaian yang luar biasa, mengingat aku ini orang yang cengeng dan terkadang suka mendramatisir keadaan.

Bimo bener. Aku mungkin emang kesepian. Hal ini lah yang semakin mendukung aku buat inget diaaaaaaa terus sepanjang hari selama masa liburanku. Dan dia di sana sekali lagi ingatan yang berusaha aku tanamkan pada otakku, tidak sendirian, mengingat temen-temen ceweknya yang suka sms dia gak penting, bahkan pada saat kita masih pacaran dulu dan sukses ngurangin jatah pulsa buat aku (bukan berarti aku posesif dan sebagainya, gak apa-apa sih kalo sekali-kali sms, tapi ini hampir tiap hari! wow!). Dan pasti salah satu di antara mereka ada yang naksir Bimo. Dia juga tau itu. Walaupun aku juga tau kalo dia gak berencana pacaran dalam waktu dekat ini (aku masih percaya dia bukan tipe orang yang gampang naksir cewek). Yah, tapi paling gak dia gak kesepian dan itu berarti harapanku buat balikan semakin kecil. Special thank's to temen-temen ceweknya Bimo yang selalu nemenin dia! -_-"

Ok, let see where this flow would take me...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar